manusia di
cipitakan oleh tuhan di dunia ini untuk mengenal dan belajar menikmati indahnya
dunia yang tuhan berikan untuk kita hambanya, menikmati ciptaanya . manusia di
dunia ini tidak bisa hidup sendiri karna manusia di ciptakan oleh tuhan sebagai
mahluk sosial bukan mahluk individu. di dunia ini bergam jenis flora , fauna,
dan kebudayaan , saya disini akan membahas tentang manusia dan kebudayaan
beragam yang ada di bumi ini.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Manusia
Dipandang dari segi ilmu eksakta, manusia adalah kumpulan dari
partikel-partikel atom yang membentuk jaringan sistem yang dimiliki oleh
manusia ( ilmu kimia ). Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik
yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi ( ilmu
fisika ). Manusia merupakan mahluk biologis yang tergolong dalam golongan
mahluk mamalia ( biologi ). Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan mahluk
yang ingin memperoleh keuntungan atu selalu memperhitungkan setiap kegiatan,
sering disebut homo economicus ( ilmu ekonomi ). Manusia merupakan mahluk
sosial yang tidak dapat berdiri sendiri ( sosiologi ), mahluk yang selalu ingin
mempunyai kekuasaan ( politik ). Dan lain sebagainya.
1. Manusia itu
terdiri dari empat unsure yang saling terkait, yaitu : a. Jasad; yaitu badan
kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba, dan difoto, dan menempati
ruang dan waktu. b. Hayat; yaitu mengandung unsure hidup, yang ditandai dengan
gerak c. Ruh; yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara
spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersift
konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan. d. Nafs; dalam pengertian
diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentan diri sendiri 2. Manusia sebagai satu
kepribadian yang mengandung 3 unsur yaitu : a. Id. Yang merupakan struktur
kepribadian yang paling primitive dan paling tidak nampak. Id merupakan libido
murni, atau energi psikis yang menunjukkan cirri alami yang irrasional dan
terkait masalah sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran. Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi
terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator
antara insting Id dengan dunia luar. b. Ego. Merupakan bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai
kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubgunkan energi Id ke
dalam saluran osial yang dapat dimengerti oleh orang lain. c. Superego.
Merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia
limat tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal
dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi
superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan
control diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terinternalisasi. Dari
uraian diatas dapat mengkaji aspek tindakan manusia dengan analisa hubungan
antara tindakan dan unsure-unsur manusia. Seringkali misalnya orang senang
terhadap penyimpangan terhadap nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi
bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh Id dibandingkan super-egonya. Atau
seringkali aa kelainan yang terjadi pada manusia, misalnya orang yang berparas
buruk dan bertubuh pendek berani tampil ke muka umum, dpat diterangkan dengan
mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri ) yang dimilikinya. Kesemuanya tersebut
dapat digunakan sebagai alat analisa bagi tingkah laku manusia.
Hakekat Manusia
: 1. Mahluk ciptaan Tuhan yagn terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu
kesatuan yang utuh 2. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika
dibandingkan denan mahluk lainnya 3. mahluk biokultural yaitu mahluk hayati
yagn budayawi 4. Mahluk Ciptaan Tuhan yagn terkait dengan lingkungan, mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya Pengertian
Kebudayaan Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada
suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan kebudayaannya dari pada
masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya. Pengertian
kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan
oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan
adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk
menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk
kepntingan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan sega norma
dan nilai masyarakat yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasarakatan
alam arti luas., didalamnya termasuk, agama, ideology, kebatinan, kenesenian
dan semua unusr yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia. Yang hidup
sebagai anggota masyarakat. Selanjtunya cipta merupakan kemampuan mental,
kemampuan piker dari orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain
menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Rasa dan cipta dinamakan
kebudayaan rohaniah. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari
orang-orang yang menentukan kegunaannya, agar sesuai dengan kepentingan
sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat. Dari pengetian tersebut menunjukkan
bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan ari pengetahuan manusia sebagai
mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan
yang dihadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujudnya
kelakuan manusia itu sendiri.
Atas dadar
itulah para ahli mengemukakan adanya unsure kebudayaan yang umumnya diperinci
menjadi 7 unsur yaitu : 1. unsur religi 2. sistem kemasyarakatan 3. sistem
peralatan 4. sistem mata pencaharian hidup 5. sistem bahasa 6. sistem
pengetahuan 7. seni Bertitik tilah dari sistem inilah maka kebudayaan paling
sedikit memiliki 3 wujud antara lain : 1. wujud sebagai suatu kompleks dari
ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal
kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya aa dalam pikiran masyarakat dimana
kebudayaan itu hidup 2. kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat 3. kebudayaan sebagai benda hasil karya
manusia Perubahan kebudayaan pada dasarnya tidak lain dari para perubahan
manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan itu.
Perubahan itu terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan manusia
lainnya, atau karena hubungan antara kelompok manusia dalam masyarakat. Tidak
ada kebudayaan yanga statis, setiap perubahan kebudayaan mempunyai dinamika,
mengalami perubahan; perubahan itu akibat dari perubahan masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan tersebut.
http://whaysworld.wordpress.com/2011/06/10/manusia-dan-kebudayaan-2
manusia dan kesusastraan
Secara etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan
berarti karangan yang indah. “sastra” (dari bahasa Sansekerta) artinya :
tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian “Kesusastraan” berkembang
melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah” amat luas maknanya. Tidak
saja menjangkau pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama adalah
pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah. Misalnya, bukankah pada wajah
yang jelak orang masih bisa menemukan hal-hal yang indah.
Sebuah
cipta sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh
irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya.
Pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ciptasastra itu.
Ada
beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah ciptasastra. Nilai-nilai itu
adalah : Nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat
konsepsionil. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama
sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai moral.
Tidak ada keindahan tanpa moral. Tapi apakah moral itu? Ia bukan hanya semacam
sopan santun ataupun etiket belaka. Ia adalah nilai yang berpangkal dari
nilai-nilai tentang kemanusiaan. Tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang
universil. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsionil itu.
Dasarnya adalah juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai
tentang moral.
Nilai-nilai
estetika kita jumpai tidak hanya dalam bentuk (struktur) ciptasastra tetapi
juga dalam isinya (tema dan amanat) nya. Nilai moral akan terlihat dalam sikap
terhadap apa yang akan diungkapkan dalam sebuah ciptasastra cara bagaimana
pengungkapannya itu. Nilai konsepsi akan terlihat dalam pandangan pengarang
secara keseluruhan terhadap masalah yang diungkapkan di dalam ciptasastra yang
diciptakan.
Sebuah
ciptasastra bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di dalam masyarakat
(realitas-objektif). Akan tetapi ciptasastra bukanlah hanya pengungkapan
realitas objektif itu saja. Di dalamnya diungkapkan pula nilai-nilai yang lebih
tinggi dan lebih agung dari sekedar realitas objektif. Ciptasastra bukanlah
semata tiruan daripada alam (imitation of nature) atau tiruan daripada hidup
(imitation of life) akan tetapi ia merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam
dan kehidupan itu (interpretation of life).
Sebuah
ciptasatra mengungkapkan tentang masalah-masalah manusia dan kemanusian.
Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia melukiskan penderitaan-penderitaan
manusia, perjuangannya, kasih sayang dan kebencian, nafsu dan segala yang
dialami manusia. Dengan ciptasastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang
lebih tinggi dan lebih agung. Mau menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat
kehidupan.
Dapat
saja sebuah ciptasastra menceritakan tentang kehidupan binatang, seperti
misalnya karyasastra yang besar ‘Pancatanteran” atau “Hikayat Kalilah dan
Daminah”, namun sebetulnya manusia. Jadi sesungguhnya karya tersebut tetap
mengungkapkan kehidupan manusia akan tetapi ditulis perlambang-perlambang.
Sebuah
ciptasasra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah-masalah hidup
yang musykil. Mengajak orang untuk berkontemplasi, menyadarkan dan membebaskan
dari segala belenggu-belenggu pikiran yang jahat dan keliru. Sebuah ciptasastra
mengajak orang untuk mengasihi manusia lain. Bahwa nasib setiap manusia
meskipun berbeda-beda namun mempunyai persamaan-persamaan umum, bahwa mereka
ditakdirkan untuk hidup, sedang hidup bukanlah sesuatu yang gampang tapi penuh
perjuangan dan ancaman-ancaman. Ancaman-ancaman yang datang dari luar maupun
yang datang dari dalam (diri sendiri).
Bahwa
kemanusiaan itu adalah satu, “ Mankind is one”, dan sama di mana-mana. Inilah
yang diungkapkan dan ingin dikatakan kesusastraan. Alangkah besar dan luasnya,
bukan?
Jika
disimpulkan maka “kesusastraan” adalah merupakan pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat)
melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan
manusia (kemanusiaan).
Ada
dua daya yang harus dimiliki oleh seorang pengarang. Yakni daya kreatif dan
daya imajinatif. Daya kreatif adalah daya untuk memciptakan hal-hal yang baru
dan asli. Manusia penuh dengan seribu satu kemungkinan tentang dirinya. Maka
seorang pengarang berusaha memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan
masalah-masalah manusia yang substil dan bervariasi dalam ciptasatra-ciptasatra
yang ia tulis. Sedang daya imajinasi adalah kemampuan membayangkan dan
mengkhayalkan serta menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Seorang
pengarang yang memiliki daya imajinasi yang kaya ialah apabila ia mampu
memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dan
masalah-masalah serta pilihan-pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi
manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil tidaknya sebuah ciptasastra.
manusia
bisa mengunakan kesustraan dalam kehidupan sehari hari dan menjadikan
kesustraan itu lebih baik menciptakan hasil karya yang indah untuk dinikmati
manusia lain dengan berbagai macam kesustran seperti puisi , drama, essay /
kritik, dan cerita rekaan, manusia bisa menciptakan itu semua dengan akal yang
manusia miliki yang diberikan oleh tuhan.
http://nesaci.com/pengertian-kesusastraan-dan-jenis-jenis-kesusastraan/
Cinta…
Jika
kita dengar kata – kata itu maka akan teringat pada satu definisi dasar yang
berhubungan dengan persaan yang mungkin dapat mengingatkan kita pada seseorang
yang memilki arti khusus dalam diri atau hidup kita. Persaan itu “Cinta” pasti
akan datang pada diri setiap manusia ditampik atau tidak. Nurani setiap manusia
pasti akan mengakui tentang perasaan yang satu itu ”Cinta” hanya saja mulutlah
yang berkata bohong.
Cinta
hanya datang pada mahluk Tuhan yang bernama manusia karena pada diri setiap
diri manusia akan selalu diimbangi oleh akal dan nafsu. Dan cinta tidak akan pernah datang pada mahluk Tuhan lainnya
karena mereka “Mahluk Tuhan Selain manusia” hanya memilki nafsu saja atau
bahkan tidak sama sekali. Sebagai contoh sederhana malaikat, ia hanya memilki
kebaikan saja dan selalu beribadah pada Tuhan begitu pula Iblis yang hanya
memilki nafsu keburukan “menghasut dan selalu mengajak kita “manusia” agar
mengikuti jalannya”. Kebaikan dan keburukan tersebut dapat dikategorikan
kedalam nafsu atau emosionalitas. Pada binatang dan tumbuhanpun demikan. Hewan
atau binatang hanya memilki nafsu dan bukan cinta karena pada hewan atau
binatang didak disertai akal dan nurani.
Perasaan
yang berawal dari pandangan mata hingga turun kehati merupakan bagian dari hidup dan
kehidupan manusia, yang esensinya
dapat melahirkan kreatifirtas dan cipta atau hasil karya
melalui proses akhir, yaitu tanggung jawab. Cinta pada dasarnya dapat dikatakan
sebagai budaya yang menggunakan perasaan serta akal sehat.
Dari
sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang dituangkan dalam goresan
kertas dan kanvas seperti seni lukis dan gambar.
Dari
sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang memadukan irama dan nada
dalam satu dinamisasi yang dikenal sebagai lagu dan seni musik.
Dari
sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni melalui goresan pena yang
disebut sajak, pantun atau novel.
Dari
sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang menggabungkan antara
medidisasi nada dan goresan pena yang melahirkan drama, film dan lain
sebagainya.
Dan
dari sebuah cintalah dapat melahirkan tanggung jawab, baik pada pasangan atau
orang yang kita cintai atau pada lainnya, maka
Dari
sebuah cintalah terlahir manusia – manusia baru yang menghuni semesta kita ini.
Ungkapan
yang ditimbulkan dari satu kata cinta tentulah tidak dapat dilepaskan dari
suatu media perantara yang dapat menggambarkan dan memvisualisasikan serta
mendefinisikan tentang perasaan “Cinta” tersebut, baik melalui alat komunikasi
“bahasa” yang melahirkan sajak, puisi dan lain sebagainya atau bahkan yang
meng-irama-kan nada dan shimpony.
Jika
kita berbicara mengenai cinta maka itupun tidak dapat dipisahkan dengan unsur –
unsur seni dan kebudayaan yang ada. Cinta
sama dengan budaya yaitu suatu rasa, karya dan karsa.
Cinta
bukanlah suatu monopoli orang dewasa saja tetapi cinta juga dapat hadir pada anak kecil tanpa
memandang siapa, dari mana, warna kulit dan lain sebagainya. Karena cinta pada dasarnya merupakan
suatu rasa yang sangat sulit untuk diungkapkan, baik dengan kata atau nada.
Cinta itu sendiri tidak
dapat dipisahkan dari kasih dan sayang karena keduanya “antara kasih dan
sayang” merupakan aplikasi lanjutan atau esensi dari sebuah kata cinta melalui
beberapa kata dalam bentuk kasih, sayang, pemujaan dan lainnya yang kesemuanya
akan dibalut dalam satukata tingkat tinggi, yaitu tanggung jawab.
Cinta
itu sendiri memilik unsur – unsur yang mempengaruhinya. Dengan kata lain
penunjang sebagai pembuktian dari pengorbanan karena cinta syarat akan
pengorbanan.
Seperti ; Tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, pengertian saling percaya dan
terbuka dan masih banyak lagi.
Muhamad
Iqbal. eorang philosof Pakistan mengatakan tentang cinta. Cinta dimata Iqbal memiliki dimensi
spiritual yang dinamakan Isyq-o
muhasbat yang memberikan daya kreatifitas yang hidup dan
sebagai berdirinya suatu pribadi dan kepribadian. Dimana cinta menduduki urutan pertama dalam
tariqh (suatu jalan, cara atau ikhtiar) hingga menuju penyempurnaan diri dan
pensucian hati. Cinta menurutnya juga merupakan stasiun
terakhir yang terletak pada Tuhan yang bersifat fundamental.
Definisi
tepat yang dapat menggambarkan tentang cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan
secara terperinci dan sempurna, karena jika api cinta sudah berlobar maka akan
sangat sulit untuk dipadamkan. Cinta merupakan kekuatan spiritual yang dapat
membangkitkan fungsi – fungsi kecerdasan emosional dan secara spiritualitas
dapat menembangkan potensi – potensi orang yang sedang mengalaminya.
kau orang yang membantu ku dalam suatu hal
kau yang memperkenalkan ku dengan hal hal
baru
kau yang sabar mengajari ku, membimbing ku
walaupun aku suka melawan kepadamu
kau yang memberitahuku mana yang baik dan
tidak
kau yang selalu memberiku saran yang baik
kau guruku, cinta ku kasih ku kuberikan tulus
untuk mu
akan
ku bela engkau sampai akhir hidup ku
terima kasih guru ku engkau pahlawan tanpa
tanda jasa
http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/20/manusia-dan-cinta-kasih/